KEMISKINAN DAN HATI NURANI
Oleh : Marjani
Masalah kemiskinan di Indonesia kini
sangat mendesak untuk segera ditanggulangi. Kemiskinan ada di mana-mana, di
seluruh penjuru negeri, bahkan di dalam diri kita sendiri. Kemiskinan telah
terjadi di seluruh lini kehidupan bangsa. Siapa yang salah? Apa penyebabnya?
Siapa yang bertanggung jawab? Kita tidak perlu berbicara tentang siapa yang
salah, siapa penyebabnya, atau siapa yang bertanggung jawab. Mari kita membahas
dari mana kita akan memulai menanggulanginya? Memperbaiki kesalahan yang telah
terjadi? Apa yang dapat dilakukan untuk mengatasinya?
Kemiskinan bukan disebabkan tidak
adanya keterampilan atau keahlian yang cukup. Kemiskinan bukan masalah tidak
adanya pekerjaan tetap, kemiskinan bukan karena tingginya biaya hidup,
kemiskinan bukan masalah kebijakan yang tidak berpihak kepada si miskin.
Kemiskinan merupakan sebuah masalah pada sikap mental dan pola pikir seseorang.
Kemiskinan dapat dikatakan sebagai masalah tentang moral yang rusak. Kerusakan
moral disebabkan oleh tertutupnya hati nurani seseorang, yang mengakibatkan
setiap perbuatannya selalu memberikan dampak yang menghancurkan merugikan diri
dan lingkungannya.
Hati nurani yang tertutup mengakibatkan
seseorang hidup di alam penderitaan tanpa akhir sehingga ia tidak lagi
mempunyai harapan terhadap masa depannya. Pada akhirnya akan menyebabkan yang
bersangkutan mempunyai pola pikir bahwa nasibnya adalah miskin. Dampak lain
yang ditimbulkan dari tertutupnya hati nurani manusia adalah adanya golongan
masyarakat yang tidak memiliki perasaan dan tidak menghargai orang lain serta
alam di sekitarnya. Mereka menjadi sewenang-wenang dan mau menangnya sendiri.
Dalam kondisi yang semacam ini, mereka hanya memikirkan keuntungan dan
kesenangannya sendiri tanpa memperdulikan kebutuhan dan kepentingan orang lain.
Hal ini menyebabkan adanya golongan masyarakat yang tertindas dalam kekurangan
atau kemiskinan. Hati nurani yang tertutup juga menyebabkan tertutupnya
kekuatan daya hidup yang ada di dalam diri sehingga manusia yang bersangkutan
akan kehilangan energi yang diperlukan untuk bergerak. Ia akan menjadi seorang
pemalas yang hanya dapat meratapi nasib karena tidak menyadari bahwa
sesungguhnya kemiskinan yang dialaminya adalah akibat dari kotoran (dosa) yang
timbul karena perbuatannya sendiri. Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa
untuk mengatasi kemiskinan, harus dimulai dari membersihkan berbagai kotoran
(dosa) yang menutup kesucian hati nurani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar