Senin, 21 Mei 2012



Pengentasan Kemiskinan Dengan Membuka Lentera Hati
Oleh: MARJANI
Memasuki tahun 2008, pengentasan kemiskinan masih  menjadi prioritas bagi pemerintah kabupaten maupun kota madya.  Melalui media massa kita   bisa menyorot problem kemiskinan di beberapa daerah. Di wilayah Keresidenan Surakarta, seperti Wonogiri, Sukoharjo, Klaten, Sragen, Karanganyar, Boyolali dan Boyolali pengentasan kemiskinan merupakan prioritas utama program pembangunan 2008. Beberapa Pemkab tersebut berlomba memasang  anggaran guna membebaskan rakyat dari "momok" yang namanya miskin.
Kesan yang timbul, seolah-olah masalah kemiskinan kini sangat mendesak untuk segera ditanggulangi. Kemiskinan memang ada di mana-mana, di seluruh penjuru negeri, kota maupun desa bahkan di dalam diri kita sendiri. Kemiskinan telah merasuk ke seluruh lini kehidupan bangsa. Kemiskinan tak sekedar merambah pada sisi material, namun sudah akut sampai pada miskin moral dan akhlak. Mengapa bisa terjadi? Salah siapakah ini? Siapa yang bertanggung jawab? Bukan waktunya lagi kita bicara soal siapa yang salah. Bukan pula saatnya mencari sebab kemiskinan. Rakyat sudah capai menderita dengan banyaknya pernyataan, diskusi mengentaskan kemiskinan. Yang penting di sini apa yang harus kita lakukan dengan fakta itu. Dari mana kita harus melangkah menanggulangi masalah kemiskinan. Masyarakat miskin bukan akibat dari kurang terampilnya atau tidak adanya keahlian yang cukup. Kemiskinan bukan pula belum tersedianya lapangan pekerjaan tetap. Bahkan masyarakat miskin  bukan lantaran tingginya biaya hidup akibat inflasi negara atau pun bukan sekedar kesalahan kebijakan yang tidak berpihak kepada si kaum duafa. Kemiskinan hakiki terjadi pada sikap mental (akhlak) yang terdistorsi dan pola pikir seseorang. Korupsi dan penghisapan manusia atas manusia,  tidak akan terjadi bila akhlak manusia tidak rusak.  Semua proses kebijakan, akan beres dengan sendiri bila kerusakan moral tidak terjadi. Dekadensi atau kerusakan moral terjadi lantaran tertutupnya hati nurani seseorang. Hal itu berakibat pada hilangnya kebersamaan, perasaan belas kasih, kepedulian serta kearifan sehingga setiap perbuatannya selalu memberikan dampak yang menghancurkan merugikan diri dan lingkungannya. Tertutupnya nurani membawa akibat seseorang hidup di alam penderitaan tanpa akhir sehingga ia tidak lagi mempunyai harapan terhadap masa depannya. Pada akhirnya akan menyebabkan yang bersangkutan mempunyai pola pikir bahwa nasibnya adalah miskin. Dampak lain yang ditimbulkan dari tertutupnya hati nurani manusia adalah adanya golongan masyarakat yang tidak memiliki perasaan dan tidak menghargai orang lain serta alam di sekitarnya. Mereka menjadi sewenang-wenang dan mau menangnya sendiri. Dalam kondisi yang semacam ini, mereka hanya memikirkan keuntungan dan kesenangannya sendiri tanpa mempedulikan kebutuhan dan kepentingan orang lain. Hal ini menyebabkan adanya golongan masyarakat yang tertindas dalam kekurangan atau kemiskinan.
Hati nurani yang tertutup juga menyebabkan tertutupnya kekuatan daya hidup yang ada di dalam diri sehingga manusia yang bersangkutan akan kehilangan energi yang diperlukan untuk bergerak. Ia akan menjadi seorang pemalas yang hanya dapat meratapi nasib karena tidak menyadari bahwa sesungguhnya kemiskinan yang dialaminya adalah akibat dari kotoran (dosa) yang timbul karena perbuatannya sendiri. Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa untuk mengatasi kemiskinan, harus dimulai dari membersihkan berbagai kotoran (dosa) yang menutup kesucian hati nurani. Masalah kemiskinan di Indonesia kini sangat mendesak untuk segera ditanggulangi. Kemiskinan ada di mana-mana, di seluruh penjuru negeri, bahkan di dalam diri kita sendiri. Kemiskinan telah terjadi di seluruh lini kehidupan bangsa. Siapa yang salah? Apa penyebabnya? Siapa yang bertanggung jawab? Kita tidak perlu berbicara tentang siapa yang salah, siapa penyebabnya, atau siapa yang bertanggung jawab. Mari kita membahas dari mana kita akan memulai menanggulanginya? Memperbaiki kesalahan yang telah terjadi? Apa yang dapat dilakukan untuk mengatasinya? Kemiskinan bukan disebabkan tidak adanya keterampilan atau keahlian yang cukup. Kemiskinan bukan masalah tidak adanya pekerjaan tetap, kemiskinan bukan karena tingginya biaya hidup, kemiskinan bukan masalah kebijakan yang tidak berpihak kepada si miskin. Kemiskinan merupakan sebuah masalah pada sikap mental dan pola pikir seseorang. Kemiskinan dapat dikatakan sebagai masalah tentang moral yang rusak. Kerusakan moral disebabkan oleh tertutupnya hati nurani seseorang, yang mengakibatkan setiap perbuatannya selalu memberikan dampak yang menghancurkan merugikan diri dan lingkungannya. Hati nurani yang tertutup mengakibatkan seseorang hidup di alam penderitaan tanpa akhir sehingga ia tidak lagi mempunyai harapan terhadap masa depannya. Pada akhirnya akan menyebabkan yang bersangkutan mempunyai pola pikir bahwa nasibnya adalah miskin. Tertutupnya nurani manusia menyebabkan orang tidak memiliki perasaan serta tidak menghargai orang lain dan alam di sekitarnya. Mereka menjadi sewenang-wenang, penindas, buas seperti binatang  dan mau menangnya sendiri. Dalam keadaan semacam ini, mereka hanya memikirkan keuntungan dan kesenangannya sendiri, tidak peduli pada kebutuhan dan kepentingan orang lain. Akibatnya muncul golongan masyarakat yang tertindas dalam kekurangan atau kemiskinan. Tertutupnya hati nurani juga membawa akibat tersumbatnya kekuatan daya hidup pada diri seseorang sehingga manusia yang bersangkutan akan kehilangan energi yang diperlukan untuk bergerak. Ia akan jadi orang malas yang hanya bisa meratapi nasib gara-gara tidak menyadari bahwa sesungguhnya kemiskinan yang dialaminya adalah akibat dari dosa yang timbul karena perbuatannya sendiri. Lantas bagaimana kita harus keluar dari ketertutupan hati atau membuka hati agar lebih hidup dan tidak beku? Lentera hati hanya bisa dihidupkan dengan membersihkan diri dari kotoran dosa.  Dalam terminologi agama (Islam) manusia yang terbebas dari dosa hanya Muhammad karena Maksum (terjaga dari salah dan dosa). Kendati kita tidak bisa 100 persen bersih dari kotoran dosa sebagaimana Rasulullah, namun setidaknya ada kesadaran bahwa kita hanya makhluk biasa. Kesadaran individu untuk selalu berusaha menjadi insan mulia yang berguna bagi orang lain akan mampu membuka hati yang tertutup. Nurani tak tertutup bila manusia meminimalisir egoisme (syukur bisa menghilangkan). Hati akan mudah terbuka bila belas kasih, empati, kepedulian  kita kepada sesama  manusia. Ingat Muhammad dijuluki sebagai insan kamil karena dalam diri beliau terdapat suri teladan dalam semua lini kehidupan. Dialah pemimpin sejati yang mampu mengayomi seluruh umat manusia. Keberpihakan beliau dalam hidup jelas dan pasti yaitu kepada kaum miskin, dhuafa, yatim, janda dan kaum tertindas. Belas kasih beliau kepada manusia tak diragukan. Dialah orang yang tidak rela umatnya menderita dan sengsara baik dalam kehidupan dunia maupun akhirat. Pengorbanan Muhammad untuk umat manusia tak diragukan. Dialah sang pembebas manusia dari ketertindasan dan  perbudakan. Dan semua sifat yang dimiliki Muhammad ini dibuktikan dengan tindakan nyata. Seluruh kekayaan, harta benda, jiwa raganya dikorbankan hanya diperuntukkan untuk kepentingan pembebasan umat dari ketertindasan demi kemuliaan umatnya. Jadi bukan sekedar orang yang pandai berdiskusi, berwacana, apalagi omong kosong. Becermin dari itulah sudahkah kita atau para pemimpin, penguasa, pengusaha dan semua  komponen masyarakat menjadikan sosok Muhammad atau nabi sebagai panutan dalam semua bidang? Yang pasti akhlak para nabi itu berpihak pada kaum miskin, tertindas, anak yatim, kaum janda atau kaum marginal dan tidak ada nabi yang memiliki keberpihakan kepada penguasa maupun pengusaha atau orang kaya. Sahabat atau orang dekat Nabi pasti memiliki keberpihakan yang sama. Bila masyarakat kita mampu menempatkan diri sesuai sebagaimana Nabi insya Allah problem kemiskinan akan selesai. Atau minimal mengurangi atau menekan angka kemiskinan yang saat ini masih ekstrem di negeri kita. Jika hal itu berjalan normal, pembersihan berbagai kotoran (dosa) yang menutup kesucian hati nurani bisa lancar. Sehingga upaya pengentasan kemiskinan pun Insya Allah berjalan. Banyaklah bertindak dan berbuat, bicaralah secukupnya saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar