Pengentasan
Kemiskinan Dengan Membuka Lentera Hati
Oleh: MARJANI
Memasuki tahun 2008, pengentasan
kemiskinan masih menjadi prioritas bagi pemerintah kabupaten maupun kota madya. Melalui
media massa kita bisa menyorot problem kemiskinan di beberapa daerah. Di wilayah Keresidenan
Surakarta, seperti Wonogiri, Sukoharjo, Klaten, Sragen, Karanganyar, Boyolali
dan Boyolali pengentasan kemiskinan merupakan prioritas utama program
pembangunan 2008. Beberapa Pemkab tersebut berlomba memasang anggaran
guna membebaskan rakyat dari "momok" yang namanya miskin.
Kesan yang timbul, seolah-olah masalah
kemiskinan kini sangat mendesak untuk segera ditanggulangi. Kemiskinan memang
ada di mana-mana, di seluruh penjuru negeri, kota maupun desa bahkan di dalam diri
kita sendiri. Kemiskinan telah merasuk ke seluruh lini kehidupan bangsa.
Kemiskinan tak sekedar merambah pada sisi material, namun sudah akut sampai
pada miskin moral dan akhlak. Mengapa bisa terjadi? Salah siapakah ini? Siapa
yang bertanggung jawab? Bukan waktunya lagi kita bicara soal siapa yang salah.
Bukan pula saatnya mencari sebab kemiskinan. Rakyat sudah capai menderita
dengan banyaknya pernyataan, diskusi mengentaskan kemiskinan. Yang penting di
sini apa yang harus kita lakukan dengan fakta itu. Dari mana kita harus
melangkah menanggulangi masalah kemiskinan. Masyarakat miskin bukan akibat dari
kurang terampilnya atau tidak adanya keahlian yang cukup. Kemiskinan bukan pula
belum tersedianya lapangan pekerjaan tetap. Bahkan masyarakat miskin bukan
lantaran tingginya biaya hidup akibat inflasi negara atau pun bukan sekedar
kesalahan kebijakan yang tidak berpihak kepada si kaum duafa. Kemiskinan hakiki
terjadi pada sikap mental (akhlak) yang terdistorsi dan pola pikir
seseorang. Korupsi dan penghisapan manusia atas manusia, tidak akan
terjadi bila akhlak manusia tidak rusak. Semua proses kebijakan, akan
beres dengan sendiri bila kerusakan moral tidak terjadi. Dekadensi atau
kerusakan moral terjadi lantaran tertutupnya hati nurani seseorang. Hal itu
berakibat pada hilangnya kebersamaan, perasaan belas kasih, kepedulian serta
kearifan sehingga setiap perbuatannya selalu memberikan dampak yang
menghancurkan merugikan diri dan lingkungannya. Tertutupnya nurani membawa
akibat seseorang hidup di alam penderitaan tanpa akhir sehingga ia tidak lagi
mempunyai harapan terhadap masa depannya. Pada akhirnya akan menyebabkan yang
bersangkutan mempunyai pola pikir bahwa nasibnya adalah miskin. Dampak lain
yang ditimbulkan dari tertutupnya hati nurani manusia adalah adanya golongan
masyarakat yang tidak memiliki perasaan dan tidak menghargai orang lain serta
alam di sekitarnya. Mereka menjadi sewenang-wenang dan mau menangnya sendiri.
Dalam kondisi yang semacam ini, mereka hanya memikirkan keuntungan dan kesenangannya
sendiri tanpa mempedulikan kebutuhan dan kepentingan orang lain. Hal ini
menyebabkan adanya golongan masyarakat yang tertindas dalam kekurangan atau
kemiskinan.
Hati nurani yang tertutup juga
menyebabkan tertutupnya kekuatan daya hidup yang ada di dalam diri sehingga
manusia yang bersangkutan akan kehilangan energi yang diperlukan untuk
bergerak. Ia akan menjadi seorang pemalas yang hanya dapat meratapi nasib
karena tidak menyadari bahwa sesungguhnya kemiskinan yang dialaminya adalah
akibat dari kotoran (dosa) yang timbul karena perbuatannya sendiri. Dari uraian
di atas dapat dilihat bahwa untuk mengatasi kemiskinan, harus dimulai dari
membersihkan berbagai kotoran (dosa) yang menutup kesucian hati nurani. Masalah
kemiskinan di Indonesia kini sangat mendesak untuk segera ditanggulangi.
Kemiskinan ada di mana-mana, di seluruh penjuru negeri, bahkan di dalam diri
kita sendiri. Kemiskinan telah terjadi di seluruh lini kehidupan bangsa. Siapa
yang salah? Apa penyebabnya? Siapa yang bertanggung jawab? Kita tidak perlu
berbicara tentang siapa yang salah, siapa penyebabnya, atau siapa yang
bertanggung jawab. Mari kita membahas dari mana kita akan memulai
menanggulanginya? Memperbaiki kesalahan yang telah terjadi? Apa yang dapat
dilakukan untuk mengatasinya? Kemiskinan bukan disebabkan tidak adanya
keterampilan atau keahlian yang cukup. Kemiskinan bukan masalah tidak adanya
pekerjaan tetap, kemiskinan bukan karena tingginya biaya hidup, kemiskinan
bukan masalah kebijakan yang tidak berpihak kepada si miskin. Kemiskinan
merupakan sebuah masalah pada sikap mental dan pola pikir seseorang. Kemiskinan
dapat dikatakan sebagai masalah tentang moral yang rusak. Kerusakan moral
disebabkan oleh tertutupnya hati nurani seseorang, yang mengakibatkan setiap
perbuatannya selalu memberikan dampak yang menghancurkan merugikan diri dan
lingkungannya. Hati nurani yang tertutup mengakibatkan seseorang hidup di alam
penderitaan tanpa akhir sehingga ia tidak lagi mempunyai harapan terhadap masa
depannya. Pada akhirnya akan menyebabkan yang bersangkutan mempunyai pola pikir
bahwa nasibnya adalah miskin. Tertutupnya nurani manusia menyebabkan orang
tidak memiliki perasaan serta tidak menghargai orang lain dan alam di
sekitarnya. Mereka menjadi sewenang-wenang, penindas, buas seperti binatang
dan mau menangnya sendiri. Dalam keadaan semacam ini, mereka hanya
memikirkan keuntungan dan kesenangannya sendiri, tidak peduli pada kebutuhan
dan kepentingan orang lain. Akibatnya muncul golongan masyarakat yang tertindas
dalam kekurangan atau kemiskinan. Tertutupnya hati nurani juga membawa akibat
tersumbatnya kekuatan daya hidup pada diri seseorang sehingga manusia yang
bersangkutan akan kehilangan energi yang diperlukan untuk bergerak. Ia akan
jadi orang malas yang hanya bisa meratapi nasib gara-gara tidak menyadari bahwa
sesungguhnya kemiskinan yang dialaminya adalah akibat dari dosa yang timbul
karena perbuatannya sendiri. Lantas bagaimana kita harus keluar dari
ketertutupan hati atau membuka hati agar lebih hidup dan tidak beku? Lentera
hati hanya bisa dihidupkan dengan membersihkan diri dari kotoran dosa.
Dalam terminologi agama (Islam) manusia yang terbebas dari dosa hanya Muhammad
karena Maksum (terjaga dari salah dan dosa). Kendati kita tidak bisa 100
persen bersih dari kotoran dosa sebagaimana Rasulullah, namun setidaknya ada
kesadaran bahwa kita hanya makhluk biasa. Kesadaran individu untuk selalu
berusaha menjadi insan mulia yang berguna bagi orang lain akan mampu membuka
hati yang tertutup. Nurani tak tertutup bila manusia meminimalisir egoisme
(syukur bisa menghilangkan). Hati akan mudah terbuka bila belas kasih, empati,
kepedulian kita kepada sesama manusia. Ingat Muhammad dijuluki
sebagai insan kamil karena dalam diri beliau terdapat suri teladan dalam semua
lini kehidupan. Dialah pemimpin sejati yang mampu mengayomi seluruh umat
manusia. Keberpihakan beliau dalam hidup jelas dan pasti yaitu kepada kaum
miskin, dhuafa, yatim, janda dan kaum tertindas. Belas kasih beliau kepada
manusia tak diragukan. Dialah orang yang tidak rela umatnya menderita dan
sengsara baik dalam kehidupan dunia maupun akhirat. Pengorbanan Muhammad untuk
umat manusia tak diragukan. Dialah sang pembebas manusia dari ketertindasan
dan perbudakan. Dan semua sifat yang dimiliki Muhammad ini dibuktikan
dengan tindakan nyata. Seluruh kekayaan, harta benda, jiwa raganya dikorbankan
hanya diperuntukkan untuk kepentingan pembebasan umat dari ketertindasan demi
kemuliaan umatnya. Jadi bukan sekedar orang yang pandai berdiskusi, berwacana,
apalagi omong kosong. Becermin dari itulah sudahkah kita atau para pemimpin,
penguasa, pengusaha dan semua komponen masyarakat menjadikan sosok
Muhammad atau nabi sebagai panutan dalam semua bidang? Yang pasti akhlak para
nabi itu berpihak pada kaum miskin, tertindas, anak yatim, kaum janda atau kaum
marginal dan tidak ada nabi yang memiliki keberpihakan kepada penguasa maupun
pengusaha atau orang kaya. Sahabat atau orang dekat Nabi pasti memiliki
keberpihakan yang sama. Bila masyarakat kita mampu menempatkan diri sesuai
sebagaimana Nabi insya Allah problem kemiskinan akan selesai. Atau minimal
mengurangi atau menekan angka kemiskinan yang saat ini masih ekstrem di negeri
kita. Jika hal itu berjalan normal, pembersihan berbagai kotoran (dosa) yang
menutup kesucian hati nurani bisa lancar. Sehingga upaya pengentasan kemiskinan
pun Insya Allah berjalan. Banyaklah bertindak dan berbuat, bicaralah secukupnya
saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar